Orang itu turun dari mobil dan menutup pintu, tak lama kudengar suara
mesin mobil dan mobil kami juga jalan. Aku tetap menghisap-hisap kontol
luhut yang semakin banjir cairan bening. Tak lama mobil kembali
berhenti
"Kita turun yuk?"
Kami turun dan saat itu bisa kulihat figur Luhut dengan jelas. Ia
cukup tinggi sekitar 165cm dan agak gemuk, celananya sama sekali tidak
dinaikkan dan kontolnya yang ngaceng masih teracung-acung di luar.
"Lama sekali si Beni ini," ujar Luhut. Nama supir truk itu rupanya
Beni, dan sekarang dia turun dia hanya memakai celana dalam biru tua
yang terlihat kendor dan membawa sarung.
"Cepatlah kau Ben, pejuhku kayaknya sudah mau nyemprot,"
"Sabar hut,"
Beni kemudian menggelar sarung di rerumputan dan aku mulai
menelanjangi diriku. Dengan tinggi 175cman dan berat 68Kg, meski tidak
terlalu berotot rasanya tubuhku cukup menggoda, apalagi aku berkulit
putih mulus.
Sekarang aku berbaring telentang di sarung dan kutarik kontol Luhut
yang kemudian berlutut lalu aku jilati lagi bagian kontol bawahnya.
Kemudian Beni bergabung dan Beni ini tubuhnya proporsional sekali,
badannya berotot, mungkin dia suka mengangkat barang, kulit gelapnya
sangat seksi.
Dia nggak tampan, tapi aku sama sekali tidak perduli. Inilah
enaknya kontol mereka yang suka di sebut pekerja kasar, mereka nggak
penting tampang yang penting bisa puas, begitu juga aku, asal ada
kontol, nggak perlu pemanasan dan romantisan segala. Asal birahi sudah
bergolak bisa dapet rasa enak yang luar biasa.
Saat menatap kontol Beni aku kaget, kontol itu tak lebih dari 14cm,
tapi diameternya sangat besar. Aku tangkap kontol beni dengan tangan
kananku dan kudekatkan dengan mulutku. Kurasa mereka laki-laki sejati,
karena mereka sama sekali tidak perduli dengan tubuh telanjangku, yang
penting buat mereka kontol terasa enak. Aku kemudian berbalik dan
kusatukan kepala kontol mereka hingga bersentuhan, lalu secara
bergantian aku jilati bagian bawahnya hingga kuisap-isap kuat, bahkan
terkadang kedua kepala kontol itu kucoba hisap bersamaan dalam mulutku,
tapi kontol Beni yang gemuk membuat masalah.
Seperti Luhut kontol Beni juga tak disunat. Aku tarik kulupnya lalu
aku longgarkan dan pelan-pelan aku masukkan kepala kontol Luhut ke
dalam kulup Beni yang panjang dan berhasil. Mereka mengerang bersamaan,
lalu kedua kontol yang sudah menyatu itu aku kocok-kocok dan kujilat
dari kiri ke kanan dan kusesapi seperti aku makan jagung bakar. Mereka
terus mengerang enak, dan saat aku tarik kontol luhut, cairan lendir
bening menetes dari kedua kontol, entah punya siapa.
"Kau entot aku ya," pintaku kepada Beni.
"Dimana?" tanyanya bingung.
"Ya di lobang pantatku lah,"
"Nanti sakit,"
"Ah sudah Ben, kau embat sajalah, dia pasti sudah biasa,"kata Luhut yang kuiyakan dengan anggukan.
Beni kemudian berdiri dan berjalan ke belakangku yang sudah dalam
posisi menungging, kulihat dia meludahi tangannya lalu ludah itu
dipoletin ke kepala kontolnya dan dia menempelkan ujung kepala
kontolnya tepat di lobangku. Luhut memperhatikan apa yang Beni lakukan,
sementara tangan kananku terus mengocok kontolnya. Beni menekan
kontolnya dan aku merasakan lobangku terkuak pelan-pelan. Agak susah
juga karena kontol Beni memang sangat gemuk, tapi dia nggak menyerah
meski sudah keringetan.
"Gila sempit kali lobang kau," ujarnya.
Kali ini dia menekan agak kuat dan aku berusaha serileks mungkin
menghadapinya. Sedikit demi sedikit kepala kontolnya mulai masuk
seiring rasa sakit yang juga mulai kurasakan.
Bless.. Tiba-tiba kepala kontol itu berhasil masuk, dan aku
mengerang keras karena rasanya cukup sakit. Kurasa Beni tidak
pengalaman dengan laki-laki sehingga dia pikir lobangku sama saja
dengan memek lonte yang pernah dientotnya. Dia terus membenamkan batang
kontolnya dan aku mengerang-erang sampai akhirnya seluruh batang kontol
dia amblas. Aku bernafas lega dan Beni mulai memompa lobangku, aku yang
mulai terbiasa juga mulai mengimbangi gerakannya.
Sambil tubuhku bergoyang-goyang akibat hantaman kontol Beni di
belakang aku menjilat peler Luhut bagian bawah dan kuputar-putar
lidahku di daerah itu. Enak sekali rasanya.
Sekarang kontol Luhut sudah tenggelam dalam mulutku yang lincah
memainkan lidah di dalamnya sehingga batangnya tetap terjilat.
Terkadang aku sedikit tersedak juga saat Luhut dengan cepat membenamkan
seluruh batangnya di mulutku dan hidungku juga terasa geli karena
seluruh jembutnya terasa menggelitik. Dia menekan agak lama baru
dilepaskan lagi.
"Yang kuat Mas, cepet entot yang kuat.. argghh.. enakk.. shh .. ahh," ujarku.
Beni semakin semangat, dia semakin mempercepat temponya dan terus
memompa dengan liar sampai biji-biji pelernya terasa menampar-nampar
paha belakangku. Seluruh batang kontol Beni tenggelam dan ia tidak
menariknya, diputar-putar pinggulnya sehingga menimbulkan rasa ngilu
yang sangat nikmat di lobangku, apalagi jembut-jembutnya juga terasa
menggelitiki kulit pantatku. Lagi ia menarik batangnya dan
berteriak-teriak keenakan..
"Argghh.. setan kau.. setan kau.. enakk.. argghh.." racaunya.
Aku merasakan desah nafas yang semakin berat dari Luhut, dan aku
khawatir dia keluar sebelum sempat mengentot lobangku, jadi keluarkan
kontolnya dari mulutku.
"Jangan keluar dulu, entot dulu lobangku," kataku ke Luhut. Luhut mengangguk dan ia memperhatikan Beni yang masih memompaku.
"Jangan keluar dilobang ya, keluarkan di mulut aja, mau ku hisap dan kultelen habis pejuh supir batak," ujarku.
"Lepas aja Ben, biar ku entot dia, kau keluarin saja pejuh kau dimulutnya," ujar Luhut.
Tiba-tiba kurasakan sangat kosong saat Beni menarik kontolnya dan
aku berbaring telentang dengan kontolku mencuat ke atas tegang sekali
seperti monas. Kurengkankan pahaku lebar-lebar, lalu aku minta Luhut
dengan posisi yang sama untuk mengentotku.
Kami sama-sama telentang dan karena lobangku sudah terbuka lebar
oleh kontol Beni, dengan mudah kontol Luhut masuk. Tidak banyak gerakan
yang bisa dilakukan dengan posisi ini. Kedua kaki Luhut berada
disamping bahuku dan Luhut menghunjam-hujamkan kontolnya dengan
sesekali memutar pinggulnya, enak sekali.
Kini giliran Beni menghajar mulutku, dia kangkangi tubuhku lalu
tepat di atas wahku dia sorongkan kontol gedenya ke mulutku dan segera
aku hisap sementara aku tangan kiriku mengocok kontolku sendiri. Beni
terus menerus memompa mulutku yang menjadi sedikit lelah karena terbuka
begitu lebar karena kontol Beni begitu besar. Belum lagi Luhut semakin
garang di bawah. Aku tahan lagi.. Aku mengerang dan mengejan
sejadi-jadinya..
"ARgghh.." teriakku, lalu Croott.. crott.. crott.. crott..
Berkali-kali pejuhku muncrat dan entah mendarat dimana, aku menggelepar
seperti ikan kehabisan nafas, nikmatnya tiada tara.
Bersamaan dengan itu Beni membenamkan kontolnya dan aku sedikit
tercekok saat tiba-tiba pejuhnya menyemprot langsung ke dalam
tenggorokanku, seketika aku reflek dan mengeluarkan kontolnya yang
masih menyemprotkan pejuh dan kemudian meleleh dari lobang kencingnya.
Karena ejanganku tadi, otomatis membuat lobang pantatku mengkerut
sehingga mencekik batang kontol Luhut sehingga dia juga mengerang
keras, dan kurasakan semburan hangat di lobangku.
"Sini Mas, kesinikan kontolnya, aku pengen ngerasain pejuhnya,"
ujarku kepada Luhut yang kemudian mencabut kontolnya dan berjalan ke
arahku.
Sementara Beni mengelap-elap sisa pejuhnya di bibirku dan sesekali
masih mengalir pejuh dari lobangnya yang aku jilat habis. Kini giliran
kontol Luhut menempel di bibirku, dan kembali lidahku bergerilya
menyapu sampai habis pejuhnya yang belepotan di kepala kontolnya
sendiri.
Kami semua terbaring bugil bertiga di sarung yang tidak muat untuk
kami berbaring. Setelah mengelap sisa-sisa pejuh, kami berangkat lagi
dan aku diantarkan ke tempat tujuanku. Enaknya pejuh supir batak, nggak
perlu ada romantisan, nggak perduli tampang, yang penting punya kontol,
maennya enak, puass!
Gue tunggu kontol-kontol lo semua, gendut, kurus, jelek, ganteng
yang penting kontol lo berisi pejuh untuk muncrat di dalem mulut gue.
Ahh, sedep! Ada lagi yang pejuhnya pengen gue sedot abis?
E N D